Dalam rangka meningkatkan kecintaan mahasiswa pada budaya bangsa, digelar bazar, talkshow, dan fashion show batik di perpustakaan pusat UMM (12/12). Selain itu, peserta juga diajari men-canting hingga tips meotong kain batik untuk seragam.
Hadir dalam acara tersebut Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Agus Widjaya dan Sekretaris Dinas Perindustrian & Perdagangan Syahsin Ruba’i sebagai pemateri talk show. Selama lebih kurang 1,5 jam, dibahas sejarah, upaya pelestarian, cara membuat baju dari kain batik, serta mengenalkan batik khas Malang. “Nama batik khas malang itu Batik Malang Kucecwara. Cirinya ada pada motif tugu dan gambar kumis singa,” terang Agus Widjaya sembari membentangkan contoh baju batik Malang Kucecwara.
Pria berkumis tersebut menerangkan, Batik Malang Kucecwara dihasilkan dari proses seleksi. Pemerintah daerah sebelumnya menggelar lomba membatik bagi masyarakat. Akhirnya, batik yang motifnya terinspirasi dari relief Candi Batu tersebut resmi disepakati sebagai batik khas Malang. Jika ingin mendapatkannya, masyarakat bisa datang ke kantor PKK yang terletak di sekitar Stadion Gajayana. “Selama ini dikelola ibu-ibu PKK. Silahkan membeli di sana,” ujarnya.
Sementara itu bentuk upaya pelestarian batik juga telah lama digalakkan pemerintah daerah. Sejak 2008, setiap Kamis seluruh pegawai pemerintahan diinstruksikan mengenakan seragam batik. “Bahkan tahun 2010, pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk mengadakan kain seragam batik,” terangnya.
Ruba’i menambahkan, batik adalah salah satu penyangga perekonomian Indonesia sejak zaman penjajahan. Batik digunakan tokoh-tokoh perekonomian Indonesia untuk menangkal monopoli dan produk impor dari Belanda. Batik sebagai ciri khas budaya Indonesia adalah sebuah warisan yang belum berhasil dikuasai Belanda dalam sektor perekonomian.
Sementara itu, ketua pelaksana Shaugi Arief Rahman mengungkapkan tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai upaya meningkatkan minat pengunjung perpustakaan. Sebagai agenda tahunan, mahasiswa Jurusan Akuntansi tersebut menginginkan ada sesuatu yang berbeda. “Sering kali setiap tahun diadakan bedah buku atau sejenisnya. Kali ini, saya ingin yang berbeda. Mumpung batik masih in,” papar mahasiswa part timer perpustakaan tersebut.
Shaugi menitipkan pesan kepada seluruh mahasiswa untuk menggunakan fasilitas-fasilitas perpustakaan. “Ada fasilitas digilib dan banyak buku yang belum dibaca,” ungkap mahasiswa yang hobi futsal tersebut.
Di pelataran perpustakaan, mahasiswa terlihat asyik berbelanja di stan-stan batik. Kemudian, di akhir talk show, beberapa peserta dipersilahkan mencanting batik. Mas Doni dari Butik Batik Lawang Sari memberikan pelatihan dan informasi-informasi seputar menyanting. Acara dilanjutkan dengan fashion show batik oleh empat mahasiswa UMM.
Diterbitkan Media Indonesia 10 Januari 2010 hal. 7
- audio visual (7)
- eropa (3)
- opini (4)
- perkembangan teknologi komunikasi (1)
- resensi buku keren (1)
- serba-serbi (3)
About Me
Labels
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
waww..
diterbitkan media indonesia?
keren,rez
emang batik tuch keren..
ini berita yg kapan hari ada pameran d perpus itu kan...
qm tuh kliatannya slalu
'never let any moment' yg ad d hadapan qm y...
jadi kayak karakterisik wartawan prof.ja
hehehe :D
Batik memang selalu mampu menarik minat masyarakat. Salam Batik Indonesia.
Posting Komentar