Akhir-akhir ini kasus yang berawal dari artikel blog makin diperhatikan. Misalnya artikel Prita yang mencurahkan sakit hatinya atas layanan RS Omni Internasional (RSOI). Satu lagi artikel seorang perangkat sekolah yang menceritakan keterlambatan seorang pejabat daerah (walikota) memenuhi undangan di sekolahnya sebagai sebuah korupsi waktu. Tak ayal, artikel-artikel tersebut dituntut oleh pihak yang merasa dirugikan yaitu RSOI dan walikota.
Menyikapi masalah itu, ada beberapa hal yang menjadi bahan interopeksi.
1. Benar vs Penguasa
Siapapun yang salah, ternyata yang lebih berkuasa yang menuntut. Kasus Prita, sebenarnya hanya sebuah curahan sakit hati. Tanpa diketahui siapa yang menyebarkan hingga ke RSOI, ia tiba-tiba dituntut. Diluar apakah ia benar-benar tidak/bermaksud menyebarluaskan, pihak yang merasa lebih berkuasa berani menuntut.
Demikian juga dengan kasus korupsi waktu. Sang Pejabat Daerah dengan gagah berani melayangkan tuntutan kepada si pejabat sekolah.
2. Interopeksi
Orang yang dewasa dan bijak akan berfikir sebelum bertindak. Sebelum menuntut, RSOM harusnya bertanya, “Benarkah pelayananku sudah maksimal?”, “Apakah aku sudah memenuhi semua prosedur pelayanan?”, atau “Apakah ada malpraktek dalam pelayananku?”
Kemudian sang walikota harusnya bertanya juga, “Jam berapa aku tiba di sekolah tersebut?”, “Apakah aku memang terlambat?”, “Benarkah selama ini kinerjaku sudah terbaik dan berhasil?”.
Marah rasanya melihat penguasa yang salah namun keras kepala. Mereka menarik pajak, makan, tersenyum dari keringat dan darah kita, namun ternyata menginjak kepala.
3. UU
Setiap orang memerlukan eksistensi. Melalui artikel di blog, ada banyak orang yang tahu bahwa kita “ada”. Kalau sekedar menulis saja tidak boleh, lebih baik bernafas juga ditakar. Hanya media inilah yang jujur mengatakan suara hati kita. Tanpa editing! Jadi, blog adalah sebening-beningnya kaca hati. Mungkin untuk menjaganya agar tetap jernih, mungkin perlu dirumuskan etika menulis artikel blog.
Kebebasan bukan berarti boleh melakukan segalanya. Tapi kebebasan adalah mengatakan sebenarnya dengan stempel tanggung jawab. Percayalah, kebebasan yang tidak berbatas akan membawa pada ketidakaturan. CHAOS!
- audio visual (7)
- eropa (3)
- opini (4)
- perkembangan teknologi komunikasi (1)
- resensi buku keren (1)
- serba-serbi (3)
About Me
Labels
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar