Proses pengembilan rating sama dengan polling. AGB Nielsen adalah perusahaan satu-satunya yang melakukan media research tersebut. Ia mempunyai jaringan di 32 negar, termasuk Indonesia. Kantor pusat AGB Nielsen ada di Itali. Di Indonesia sendiri terdapat 10 sample kota yang diteliti.
AGB Nielsen akan menghubungi dan meminta kesediaan sebuah keluarga untuk menjadi narasumber. Namun keluarga tersebut harus memenuhi prosedur tertentu. Misalnya terdiri dari minimal ayah, ibu, anak yang semuanya mempunyai keaktifan menikmati tv dan berusia 5 tahun ke atas. Jika mereka bersedia, AGB Nielsen akan mencatat data masing-masing anggota keluarga, kesibukan, kelas ekonomi, atau karakter masing-masing. Pesawat TV mereka akan dilengkapi peoplemeter (TVM5) dengan software ARIANNA, sebagai pendeteksi perpindahan channel. Ketika mereka memindah channel, mereka akan menciptakan data. Data ini dihimpun dan diolah AGB Nielsen menjadi rating serta selalu dalam keadaan on-line.
Stasiun tv, pemasang iklan, produser film/sinetron, atau orang yang akan menyewa sebuah channel akan membeli data rating ini. Mereka menggunakannya untuk memasang acara/iklan sesuai target film/produk.
Sedangkan keluarga yang menjadi objek penelitian tadi meskipun tidak dibayar namun mendapat berbagai bingkisan rutin dari AGB Nielsen. Misalnya sepeda, sofa, magic jar, dll. namun tidak selamanya keluarga ini akan menjadi objek AGB Nielsen. Jika mereka tidak kooperatif atau tidak menuruti aturan, mereka bisa dicabut dari komunitas ini. Keuarga sendiri pun bisa mengundurkan diri dari penelitian misalnya karena merasa keberatan, sakit, atau pindah rumah. Kira-kira, maukah anda menjadi objek AGB Nielsen?
8 komentar:
tapii sayangnya d Indonesia AGB Nelson blum ada!! para pemilik tv d negara kita cuma melihat rating darii banyakknya pemirsa yang menonton acaranya.. cuma sebagian kecil saja!!
kalo saya sich mau2 saja menjadii objek AGB NElson coz ini juga buatt kemajuna kualitas pertelevisian d dunia!!
Nah kalo si AGB Nelson cmn mengambil beberapa sempel dari beberapa keluarga,apakah data yang di dapat itu sudah cukup mewakili semuanya,,,,,
kan di indo dah ada ce?wah, ni haze lagi tidur pas pak novin nerangin
hehehe
mungkin kita sebagai anak komunikasi mesti ngeluarin perusahaan saingan AGB nelson d
biar kita g melulu tergantung ma AGB Nelson
tap koq rata2 yang ratingnya tinggi itu kayak acara sinetron yang ceritanya gk masuk akal. sedangkan kata pak novin acara yang berkulitas kayak d'metro tv ratingnya rendah.
ya begitulah kondisi Indonesia serba terbalik...
berarti ketahuan selera film orang Indonesia ini dibawah rata-rata...buktinya banyak acara gag mutu yang ratingnya tinggi tuw....
kalo soal sample AGB Nielsen, tentu sudah diambil sesuai karakteristik masyarakat kita. artinya, satu karakter diwakili tiap-tiap sample. tapi pertanyaannya, kan nggak semua yang lihat tv itu punya tv. misalnya orang nggak punya trus numpang di tetangga gitu..mereka tidak memenuhi kriteria keluarga lengkap yang bisa dijadikan sample, tapi mereka juga ikut menikmati program tv..
ooo gitu....
semngat!!!!!!!!!!!!!!
Posting Komentar