17.56

Facebook tentu sudah tidak asing terdengar di telinga kita. Apalagi di kalangan mahasiswa. Ketika seorang mahasiswa bertemu dengan seseorang yang tidak memiliki facebook, apakah mahasiswa itu menganggap orang tersebut udik?

Ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk memprediksi.

  1. Teori Posmodernisme, menyatakan dalam masyarakat modern, secara gradual seseorang akan kehilangan individualitasnya kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri. (Denzin, 1986; Murphy, 1989; Dowd, 1991; Gergen, 1991) . Dalam pandangan teori ini, upaya memenuhi peran yang dirancang untuk individu oleh masyarakat, menyebabkan individualitas digantikan oleh kumpulan citra diri yang terlihat sementara dan kemudian dicampakkan. Modernisme (yang identik dengan kapitalisme) menyebabkan manusia dipandang sebagai barang yang bisa diperdagangkan nilainya (harganya), dan ditentukan oleh seberapa besar yang bisa dihasilkannya. Karena itulah citra diri bisa diwakili oleh simbol yang melekat pada diri orang tersebut.

  2. Proses pembentukan kesan dipengaruhi oleh Stereotyping, yaitu penggeneralisiran atas sifat atau karakter yang secara umum disepakati. Dalam bahasan stereotyping dikenal istilah primacy effect yang secara sederhana mengatakan kesan pertama amat menentukan kategori seseorang bagi lawan interaksinya.

  3. Donald K. Robert membedakan antara efek yang ditimbulkan pesan media massa dan media massa itu sendiri. Artinya ada efek dari program TV, (seseorang memilih capres A karena melihat pidatonya di TV) dan ada efek dari memiliki TV (status sosialnya menjadi lebih terpandang). Sedangkan Steven M. Chaffee membuat matriks efek lebih luas media massa yaitu:

Sasaran

Fisik Media

Pesan Media

Kognitif

Afektif

Behavioral

Kognitif

Afektif

Behavioral

Individual

1

2

3

4

5

6

Interpersonal

7

8

9

10

11

12

Sistem

13

14

15

16

17

18

Artinya, bukan saja hanya pesan media, tapi kehadiran “fisik” media tersebut membawa pengaruh kognitif, afektif, dan behavioral. Yang akan dibahas adalah efek sosial yang berkenaan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial akibat adanya media massa. Ia mencontohkan jika seseorang mempunyai TV di pedesaan, maka ia akan menjadi pusat jaringan sosial. Ia dapat menghimpun tetangga atau penduduk sesama pecinta acara musik, atau acara tinju. Akhirnya, TV menciptakan hubungan patron client.

  1. Teori Ego-defensif

Teori ini menyatakan bahwa manusia cenderung mengembangkan dan mempertahankan citra diri. Jika ada yang tidak sesuai dengan citra diri tersebut, maka akan muncul mekanisme pertahanan ego. Misalnya rasionalisasi, personifikasi, pembentukan reaksi, dan sebagainya.

Jadi, Facebook yang identik sebagai produk moderen, telah menjadi stereotype modernitas. Pemilik facebook sesuai teori postmodernisme, akan membawa citra moderen. Sebaliknya, orang akan jauh dari kesan itu jika tidak mempunyai produk yang membawa citra moderen. Selain itu, status sosial atas efek memiliki facebook akan meningkat. Akhirnya, pemilik facebook akan memandang orang yang tidak memiliki facebook kurang moderen.

Walaupun begitu, bukan berarti orang harus memiliki facebook agar disebut moderen. Semuanya tergantung kebutuhan. Bukankah kelemahan postmodernisme adalah citra diri yang bisa ditunjukkan dengan uang? Ingat, orang kaya kadang tidak selalu membaa uang banyak di dompet. Ada orang kaya, dengan dompet tipis, karena cukup membawa kartu ATM!

0 komentar:

Posting Komentar